Alhamdulillahi robbil'alamin wassholatu wassalamu'ala asyrafil anbiyaai walmursalin wa'ala alihi washokhbihi ajma'in amma ba'du
Kepada yang terhormat ....
Sebelum mengawali ceramah pada
pagi hari ini marilah kita senantiasa bersama- sama mengucapkan puji syukur ke
hadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-
Nya pada kita semua sehingga pada pagi yang bahagia ini kita dapat berkumpul
bersama- sama di tempat ini tanpa halangan suatu apapun. Tak lupa pula,
shalawat serta salam akan senantiasa tercurahkan ke pangkuan junjungan kita Baginda
Nabi Agung Muhammad Saw yang kita nantikan syafa’atnya besok pada hari kiamat.
Amin allohumma amin ..
Kemudian perkenankanlah saya
pada kesempatan hari ini untuk menyampaikan hal- hal mengenai “Keutamaan
Sedekah”. Seperti yang kita ketahui sedekah, secara harfiyah berasal
dari kata shadaqa yang artinya benar. Sedekah adalah pemberian
atau perlakukan dari seorang muslim kepada orang lain secara sukarela tanpa
dibatasi oleh waktu dan jumlahnya sebagai bentuk kebajikan dalam rangka
mengharap ridha Allah SWT. Dari penjelasan seperti ini, sedekah dapat kita
pahami sebagai bukti kebenaran iman dalam berbagai bentuk perbuatan baik, hal
ini karena iman harus selalu dibuktikan dengan amal shaleh atau amal yang baik
sehingga setiap kebaikan yang dilakukan seorang muslim adalah sedekah,
Rasulullah Saw bersabda:
كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ
Artinya : “Tiap perbuatan baik adalah sedekah” (HR.
Baihaki)
Karena sedekah menjadi bukti dari kebenaran iman
seseorang, maka setiap kita yang telah mengaku sebagai muslim harus bersedekah
sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing, bahkan melakukannya harus
sesegera mungkin dalam arti jangan suka ditunda-tunda, hal ini karena bisa jadi
kita tidak sempat lagi bersedekah karena sudah wafat, apalagi soal kapan kita
mati sama sekali tidak ada diantara kita yang mengetahuinya atau kita mau
bersedekah tapi tidak ada orang yang memerlukannya. Rasulullah Saw bersabda:
تَصَدَّقُوْا فَاِنَّهُ يَأْتِى
عَلَيْكُمْ زَمَانٌ يَمْشِى الرَّجُلُ بِصَدَقَةٍ فَلاَ يَجِدُ مَنْ يَقْبِلُهَا,
يَقُوْلُ الرَّجُلُ: لَوْ جِئْتَ بِاْلأَمْسِ لَقَبِلْتُهَا فَأَمَّا الْيَوْمَ
فَلاَ حَاجَةَ لِي بِهَا
Artinya : “Bersedekahlah kamu sekalian, sesungguhnya
akan datang kepadamu suatu masa dimana seorang lelaki berjalan dengan membawa
sedekah tidak akan menemukan seorangpun yang menerimanya. Lelaki yang
dijumpainya berkata: "andaikata engkau datang kemarin, pasti sedekahmu akan
saya terima, hari ini saya tidak membutuhkannya.” (HR. Bukhari)
Keharusan untuk segera bersedekah juga ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam
haditsnya yang lain sehingga jangan sampai seseorang baru mau sedekah ketika
ruh sudah sampai di tenggorokan, Beliau bersabda:
قَالَ رَجُلٌ, يَارَسُوْلَ اللهِ,
اَيُّ الصَدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا؟ قَالَ اَنْْ تَصَدَّقَ وَاَنْتَ صَحِيْحٌ
شَحِيْحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى وَلاَ تُمْهِلْ حَتَّى اِذَا
بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا وَ لِفُلاَنٍ كَذَا
Artinya : “Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah
Saw: ‘Sedekah yang bagaimana yang paling besar pahalanya’. Nabi Saw menjawab: ‘saat
kamu sedekah, hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit serta saat kamu
takut melarat tapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga ruhmu di tenggorokan
baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian’.” (HR. Bukhari).
Keharusan bersedekah bahkan tetap harus dilakukan atau diberikan meskipun
kepada keluarga yang membenci kita, ini menunjukkan bahwa sedekah yang kita
lakukan adalah karena Allah Swt, bukan karena kepada siapa kita harus
bersedekah, Rasulullah Saw bersabda:
أَفْضَلُ الصَدَقَةِ عَلَى ذِى
الرَّحِمِ الْكَاشِحِ
Artinya : “Sedekah yang paling utama adalah yang
diberikan kepada keluarga dekat yang bersikap memusuhi.”(HR. Thabrani dan Abu
Daud).
KEUTAMAAN
SEDEKAH
Dalam Al
Qur’an Allah SWT berfirman :
مَّثَلُ
ٱلَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَٱللَّهُ
يُضَاعِفُ لِمَن يَشَآءُ وَٱللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya :
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha mengetahui." (Q.S Al Baqarah: 261).
Sedekah merupakan penolak bala, penyubur pahala, dan
melipat gandakan rezeki. Bagai sebutir benih yang ditanam akan menghasilkan
tujuh cabang, yang pada tiap-tiap cabang itu terurai seratus biji. Sedekah
memiliki banyak keutamaan dengan nilai yang besar dalam pandangan Allah Swt dan
Rasul-Nya. Diantaranya :
Pertama, dapat menghindarkan seseorang
dari neraka meskipun hanya sedikit yang bisa disedekahkannya, bukan kikir tapi
karena memang ia tidak mampu bersedekah dalam jumlah yang banyak, bahkan
seandainya ia tidak punya apa-apa iapun bisa melakukannya dengan berbicara yang
baik, Rasulullah Saw bersabda:
إِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ
تَمْرَةٍ فَاِنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
Artinya : “Jauhilah neraka walaupun hanya dengan
(sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka dengan
omongan yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Kedua, memperoleh pahala yang besar,
karena pahala suatu amal yang baik seringkali dilipatgandakan, bahkan bila
sedekahnya dalam bentuk wakaf, maka pahalanya bisa terus mengalir meskipun
pelakunya sudah wafat. Rasulullah Saw bersabda:
اِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ
عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ
وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ
Artinya : “Apabila anak Adam wafat, putuslah amalnya
kecuali tiga hal, yakni sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shaleh
yang mendo'akannya.” (HR. Muslim).
Ketiga, dapat
mendatangkan rizki sebagai balasan langsung dari Allah Swt atas sedekah yang
dikeluarkannya, ini merupakan suatu keberkahan baginya, Rasulullah Saw
bersabda:
اِسْتَنْزِلُوا الرِّزْقَ
بِالصَدَقَةِ
Artinya : “Turunkanlah (datangkanlah) rezkimu (dari
Allah) dengan mengeluarkan sedekah.” (HR. Baihaki).
Keempat, sedekah menjadi naungan bagi
yang melakukannya pada hari kiamat, sehingga kebaikan yang dilakukan seseorang
dalam hidupnya di dunia ini akan menjadi penolong baginya dalam kehidupan di
akhirat kelak, Rasulullah Saw bersabda:
ظِلُّ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ صَدَقَتُهُ
Artinya : “Naungan bagi seorang mu'min pada hari
kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad).
Dari pengertian dan penjelasan di atas, kita bisa memahami
bahwa setiap muslim harus bersedekah dan tidak ada alasan baginya untuk tidak
mau bersedekah karena hal itu bisa dilakukan dengan segala bentuk kebaikan,
bukan hanya dilakukan dengan harta sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT
yang berbunyi :
لَنْ تَنَالُواْ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ
تُنْفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُواْ مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ
بِهِ عَلِيمٌ
Artinya:
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu
nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S Ali Imran: 92)
Tapi, entah mengapa sebagian manusia justru merasa
berat dan susah jika menyisihkan sebagian harta dan perhiasan-perhiasan duniawi
yang mereka miliki. Harta yang dikumpulkan dengan susah payah itu, dianggap
sebagai miliknya dan tidak ada untungnya jika harus dibagi atau diberikan
kepada orang lain. Alasannya takut merugi dan kehilangan jika harus membagi
sebagian harta yang telah dikumpulkannya itu. Padahal, dalam setiap harta yang
dikumpulkan seseorang, ada hak bagi mereka yang memerlukan dan membutuhkan
adalah satu sunnah Rasulullah SAW yang patut diamalkan.
Tetapi, sifat kikir, merasa rugi dan juga takut miskin
kerap menjadi penghalang bagi seseorang untuk membagikan hartanya yang
dimiliki, apalagi sesuatu yang amat dicintai. Padahal, di balik uluran tangan
atau menyedekahkan harta itu ada keutamaan yang Allah SAW janjikan. Apa
keutamaan dari janji itu ketika seseorang ringan tangan dalam bersedekah?
Ali bin Muhammad Ad-Dahhami dalam bukunya yang
berjudul “Sedekahlah, Maka Kau Akan Kaya”
(Daar An-Naba’:2007) membeberkan keutamaan sedekah dan faedahnya yang digali
dari beberapa hadits. Adapun keutamaan itu antara lain: sedekah dapat
memadamkan kemarahan Allah SWT, dapat menghapus kesalahan, perisai dari api
neraka, mengobati penyakit hati, menolak berbagai macam bala’, melipatgandakan
pahala, dan masih banyak lagi. Beliau juga menerangkan bagaimana cara
melaksanakan sedekah yang paling utama, adab-adab dalam bersedekah, serta
beberapa contoh dan teladan dalam bersedekah.
Selain itu, sedekah juga bisa menambahkan kekayaan.
Bahkan orang yang bersedekah di waktu pagi, maka dia akan diselamatkan dari
bencana alam sepanjang hari itu. Dan jika orang bersedekah pada permulaan
malam, dia akan diselamatkan dari bencana disepanjang malam. Dengan sedekah,
sakit pun bisa sembuh. Karena itu, kalau orang memenuhi kebutuhan rumah tangga
seorang Muslim, menyelamatkan mereka dari kelaparan, memberi mereka pakaian dan
melindungi kehormatan mereka, amalnya lebih baik dibandingkan berhaji sebanyak
tujuh kali. Padahal, berhaji itu lebih baik dibandingkan dengan memerdekakan
tujuh puluh budak dan orang yang membebaskan budak, maka Allah akan membebaskan
setiap tubuhnya dari api neraka untuk satu anggota tubuh seorang budak yang
dibebaskan itu.
BERLOMBA
DALAM KEBAIKAN.
Setelah kita memahami bahwa kemuliaan manusia
tergantung pada iman dan amal shaleh atau kebaikannya dalam maka semakin banyak
perbuatan baik yang dilakukannya, akan semakin mulia harkat dan martabatnya
dihadapan Allah Swt. Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk berloma-lomba
dalam kebaikan sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan bagi
tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah
kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu”. (QS 2:148).
Ada banyak kisah tentang bagaimana para sahabat
berlomba-lomba dalam kebaikan. Diantaranya, suatu ketika Rasulullah Saw
mengumpulkan para sahabat di suatu tempat, tidak semua sahabat tahu untuk
maksud apa mereka dikumpulkan. Ternyata Rasulullah Saw menyatakan bahwa kita
harus berjuang dan perjuangan itu memerlukan dana. Maka sahabat yang membawa
uang memberikan uangnya di tengah-tengah majelis, sedangkan yang tidak membawa
uang mengatakan apa yang mau mereka berikan, bahkan sampai ada yang mengatakan
mau memberikan seperempat, setengah, sepertiga, dan sebagainya. Semua
memberikan dan semua menyatakan apa yang mau mereka berikan. Tapi Nabi juga
memperhatikan, ada satu sahabat yang Nabi tahu bahwa hartanya banyak tapi ia
belum memberikan dan belum mengatakan sesuatu. Beliau kemudian bertanya:
"Wahai Abu Bakar, semua sahabat telah memberikan harta atau mengatakan apa
yang mereka mau berikan, mengapa engkau belum?".
Sebenarnya Abu Bakar mau memberikan, tapi ia tidak mau
mengatakan, namun karena Rasulullah Saw bertanya iapun menjawab: "Saya
akan memberikan semua uang yang saya miliki?".
Mendengar hal itu, Rasulullah Saw agak terkejut
padahal yang dituntut tidak sebanyak itu, beliau kemudian bertanya: "Untuk
kamu sekeluarga apa bila semua hendak disedekahkan?".
Abu Bakar kemudian menjawab: "Untuk kami
cukup Allah dan Rasul-Nya".
Ini menunjukkan sikap mental dari Abu Bakar yang
sangat optimis, apalagi ia seorang pedagang yang sukses sehingga bila hartanya
habis, besok ia masih bisa berdagang dan memperoleh keuntungan, sedangkan modal
kepercayaan orang lain jauh lebih penting daripada modal uang.
Dengan demikian, seharusnya kita selalu termotivasi
untuk memanfaatkan hidup kita yang tersisa ini guna beramal shaleh yang
sebanyak-banyaknya dan bersedekah dalam arti yang luas menjadi keharusan bagi
kita untuk mewujudkannya. Beberapa cara bersedekah, diantaranya :
1.
Menginfakkan Harta
Menginfakkan atau membelanjakan harta, baik untuk
kepentingan keluarga maupun orang lain merupakan salah satu bentuk dari
sedekah, bahkan sedekah dengan menginfakkan harta merupakan pemahaman yang
paling populer dikalangan umat Islam.
Ambillah sekedah (zakat) dari sebagian harta mereka,
dengan sedekah (zakat) itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS 9:103).
عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ. قَالُوْا: يَارَسُوْلَ اللهِ اَرَاَيْتَ اِنْ لَمْ يَجِدْ؟.
قَالَ: يَعْمَلُ ِبيَدِهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقَ. قَالُوْا:
اَرَأَيْتَ اِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ؟. قَالَ:
يُعِيْنُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوْفِ. قَالُوْا: أَرَأَيْتَ اِنْ لَمْ
يَفْعَلْ؟. قَالَ: يَأْمُرُ بِالْمَعْرُوْفِ. قَالُوْا:
أَرَأَيْتَ اِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: يُمْسِكُ
عَنِ الشَّرِّ فَاِنَّهَا صَدَقَةٌ
Setiap muslim harus bersedekah. Para sahabat bertanya:
“Wahai Nabi Allah, bagaimana dengan orang yang tidak memiliki harta?”. Beliau
bersabda: “Bekerjalah dengan tangannya sehingga ia bermanfaat bagi dirinya lalu
bersedekah”. Mereka bertanya lagi: “Bagaimana kalau ia tidak punya?”. Beliau bersabda:
“Membantu orang yang membutuhkan lagi meminta pertolongan”. Mereka
bertanya lagi: “Kalau tidak bisa?”. Beliau bersabda: “Hendaklah ia melakukan
kebajikan dan menahan diri dari kejahatan, karena keduanya merupakan
sebaik-baik sedekah baginya (HR. Bukhari).
2.
Bekerja
3.
Membantu Orang Lain
4.
Melakukan Hubungan Seksual
وَفِى يُضْعِ
أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. قَالُوْا: يَارَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِى أَحَدُنََا
شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ قَالَ أَرَأَيْْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا
فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيْهَا وِزْرٌ فَكَذَالِكَ اِذَا وَضَعَهَا فِى
الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرًا
"Melakukan hubungan intim (dengan isteri yang
dilakukan oleh) salah seorang diantara kamu merupakan sedekah". Para
sahabat berkata: "Ya Rasulullah, apakah kalau salah seorang diantara kita
melampiaskan nafsu syahwatnya hal itu dihargai dengan pahala?". Rasulullah
menjawab: "Bagaimana pendapat kalian, seandainya seseorang melampiaskan
syahwatnya pada hal yang haram?, apakah dia akan mendapatkan dosa?. Begitu juga
jika dia menyalurkan hasrat birahinya pada hal yang halal, maka dia akan
mendapatkan pahala". (HR. Muslim, Abu Daud dan Ahmad).
5.
Senyum
تَبَسُّمُكََ فِى وَجْهِ أَخِيْكَ
لَكَ صَدَقَةٌ
Artinya : “Senyummu di muka
saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR. Bukhari)
6.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوْفِ
وَنَهْيُكَ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ
Artinya : “Menyuruh kebaikan dan
mencegah kemunkaran adalah sedekah.” (HR. Bukhari).
7.
Membimbing Manusia
وَاِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فىِ أَرْضِ
الضَّلاَلِ لَكَ صَدَقَةٌ
Artinya : “Bimbinganmu kepada
seseorang di bumi kesesatan adalah sedekah bagimu.” (HR. Bukhari).
8.
Membuang Gangguan Di Jalan
وَاِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَ
وَالْعَظْمَ عَنِ الطَّرِيْقِ لَكَ صَدَقَةٌ
Artinya : “Engkau menyingkirkan
batu, duri dan tulang dari tengah jalan itu adalah sedekah bagimu . “(HR.
Bukhari).
9. Menolong Orang Lain
10. Berdzikir
اِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةًُ
وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةًُ وَكُلِّ
تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةًُ وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةًُ وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ
صَدَقَةً وَنَهْيِ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةً
Artinya : “Tiap-tiap
ucapan tasbih adalah sedekah, takbir sedekah, tahmid sedekah, tahlil sedekah,
amar ma'ruf sedekah, nahi munkar sedekah, bersenggama dengan isterimupun
sedekah.” (HR. Muslim)
11. Menanam Pohon
مَامِنْ مُسْلِمٍ يَزْرَعُ زَرْعًا
أَوْ يَغْرِسُ غَرْسًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ اِنْسَانٌ أَوْ بَهِيْمَةٌ
اِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
Artinya : “Tiada
seorang muslimpun menanam satu tanaman atau menanam satu pohon, lalu burung,
manusia atau binatang memakannya, melainkan baginya sedekah.”(HR. Ahmad,
Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).
12.
Melangkah di
Jalan Kebaikan
HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SEDEKAH
Sayyid Quthb dalam dzilal: infak bukan memberi tapi
menerima, bukan berkurang tapi bertambah. Infak seharusnya bisa mengangkat
derajat manusia dan tidak mengotorinya, infak yang tidak menodai kehornmatan
dan tidak mengotori perasaan. Infak yang terjadi dan bersumber dari hati yang
rela dan suci. Infak yang hanya bertujuan mencari keridhaan Allah semata-mata.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan
orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih. Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang kafir (QS 2:264).
1.
Al- Mann (Membangkit - bangkitkan).
M. Quraish Shihab menyatakan bahwa mannan terambil
dari kata minnah yang artinya nikmat. Maksudnya adalah menyebut-nyebut
nikmat kepada yang diberi serta membanggakannya. Kata ini pada mulanya
berti memotong atau mengurangi. Dalam konteks ayat ini, menyebut-nyebut
opemberian dinamai demikian karena ganjarannya menjadi terpotong atau
berkurang.
2.
Al- Aza (Menyakiti)
Al Adza secara harfiyah artinya gangguan, itu berarti
menyebut nikmat yang diberikan kepada orang yang diberi merupakan sesustu yang
sangat menganggu karena sangat menyakiti perasaan orang yang mnerimannya.
Menyebut-nyebut pemberian atau sedekah akan menyakiti
perasaan si pemberi dan penerima. Menyakitkan si pemberi, karena ia menebarkan
di dalam jiwanya rasa kesombongan dan kecongkakan, ingin melihat saudaranya
terhina dan merendah-rendahkan dihadapannya. Tindakan ini akan memenuhi hatinya
dengan kemunafikan, riya dan jauh dari Allah Swt. Juga menyakitkan perasaan si
penerima, karena dia akan merasa terhina dan direndahkan hingga dapat
menimbulkan dendam dan keinginan untuk balas menyakitinya (Sayyid Quthb)
3.
Riya (Mencari Pujian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar