Kamis, 17 April 2014

Laporan Biologi Laju Respirasi


LAPORAN RESMI BIOLOGI
LAJU RESPIRASI

 
Disusun oleh :
Maya Elvira Castro (XI IPA 3/19)
SMA NEGERI 1 KEBUMEN
TAHUN AJARAN 2012/2013

I.                    Judul Kegiatan dan Tanggal Praktikum
a.      Judul Kegiatan     : Laju Respirasi
b.      Tanggal kegiatan : 04 Februari 2013

II.                  Tujuan Percobaan
·      Mengetahui kecepatan respirasi pada hewan (serangga), yaitu jangkrik dan belalang
·      Mengetahui pengaruh berat serangga terhadap laju respirasi
III.                Landasan Teori
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnya diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa; pati; asam organik; dan protein (digunakan pada keadaan & spesies tertentu). Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + O2 à 6CO2 + H2O + energi
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1.      Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
2.      Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
3.      Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengengkut dan mngedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO­2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.
Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
IV.               Alat, Bahan, dan Cara Kerja
a.      Alat dan Bahan :
1. Respirometer sederhana
2. Neraca
3. Jangkrik dan Belalang
4. Kristal NaOH (KOH)
5. Larutan erosin
6. Plastisin/vaselin
7. Kapas
8. Suntikan
9. Stopwatch/ pengukur waktu
b.      Cara Kerja :
1. Timbanglah serangga/ jangkrik yang akan dipakai untuk praktikum
2. Susunlah alat dan bahan seperti gambar di atas
3. Tempatkan pada tempat yang datar
4. Tutuplah sambungan antara pipa dengan bejana agar tidak bocor udaranya
5. Sebelum ujung pipa diberi laruitan eosin, tutuplah dengan jari telunjuk selama 1-2 menit
6. Masukan di ujung pipa berskala larutan eosin, satu tetes
7. Mulai menghitung gerakan eosin setiap 2 menit
8. Hitunglah berapa cc oksigen yang dibutuhkan sesrangga dalam waktu 10 menit
9. Ulangi langkah di atas pada serangga/ belalang yang berbeda beratnya.





V.                 Hasil Pengamatan

No.
Sampel
Berat Sampel
Waktu
O2 yang diperlukan untuk respirasi
1.
Belalang
0,5 gram
2 menit (1)
2 menit (2)
2 menit (3)
2 menit (4)
2 menit (5)
0,01
0,01
0,01
0,05
0,05
2.
Jangkrik
0,4 gram
2 menit (1)
2 menit (2)
2 menit (3)
2 menit (4)
2 menit (5)
0,16
0,26
0,23
0,12
VI.               Pembahasan
Serangga merupakan hewan terestrial yang tidak memiliki paru-paru tetapi menggunakan system trakea untuk pertukaran gasnya. Kulit pada serangga, terletak di kedua sisi bagian toraks dan abdomen, memiliki sederetan pori-pori atau disebut juga spirakel, yang tersusun pada setiap segmen dan berhubungan dengan sistem saluran trakea. Spirakel dilindungi kutub atau rambut-rambut untuk mencegah evaporsi yang berlebihan lewat pori-pori ini.
Trakeae (jamak) tersusun dengan teratur, sebagian berjalan longitudinal (memanjang) dan sebagian lagi transversal (melintang). Diameter trakeae yang besar berkisar sekitar 1 mm dan selalu terbuka dengan penebalan berbentuk spiral dan melingkar, terbentuk dari khitin yang keras, merupakan suatu bahan yang juga terdapat pada kutikula. Fungsi spirakel dan trakeae untuk memungkinkan lewatnya udara ke percabangan saluran yang disebut trakeol, yang merupakan saluran lembut intraselular dengan diameter sekitar 1 μm. Jumlahnya sangat banyak dan berada di berbagai jaringan, terutama otot. Berbeda dari trakeae, saluran-saluran lembut ini tidak dilapisi kutikula; pertukaran gas terjadi dengan mudah melewati dinding saluran ini.
Sistem pernapasan serangga sangat berbeda dengan sistem pernapasan pada hewan lain. Melalui sejumlah percabangan saluran udara pada sistem trakea, oksigen langsung dibawa ke jaringan, jadi tidak dilaksanakan melalui aliran darah. Distribusi oksigen dan pengeluaran karbondioksida tidak dilakukan lewat sistem peredaran. Tapi melalui difusi, oleh karena itu tubuh serangga pada umumnya berukuran kecil. Namun, pada beberapa spesies, difusi ini dibantu dengan gerakan ritmis toraks atau abdomen. Cara mengalirkan udara (ventilasi) seperti itu, misalnya pada belalang yaitu spirakel dibuka dan ditutup bergantian, sehingga udara dapat masuk ke tubuh lewat spirakel toraks dan keluar lewat spirakel abdomen. Selain itu, serangga dapat mengendalikan laju masuknya oksigen ke jaringan. Bila terjadi peningkatan aktivitas otot (pada saat terbang), akan terjadi penumpukan asam laktat di jaringan. Akibatnya tekanan osmosis cairan jaringan meningkat hingga cairan di trakeol terserap masuk, sehingga jalan udara lebih leluasa mencapai jaringan dan difusi oksigen ke jaringan lebih cepat. (Darmadi goenarso, 2005).
Untuk menghitung laju konsumsi Oksigen tersebut, digunakan alat yang bernama Respirometer. Dengan respirometer laju konsumsi Oksigen bisa diketahui lewat cairan eosin yang dimasukkan ke dalam pipa respirometer. Karena hewan yang ada dalam tabung/botol respirometer hanya mengkonsumsi Oksigen yang ada dalam pipa, cairan eosin perlahan-lahan akan maju sesuai dengan pengambilan oksigen yang dilakukan hewan tersebut sehingga menunjukkan skalanya. Sedangkan hasil respirasi (CO2) yang dikeluarkan oleh hewan, diikat oleh KOH yang disimpan ditempat yang sama dengan hewan yang diuji, sehingga dalam botol maupun dalam pipa respirometer hanya ada oksigen saja. Dan untuk menghindari kebocoran, olesi dengan plastisin pada sambungan antara botol dengan pipa respirometer, karena apabila bocor akan sangat berpengaruh kepada laju konsumsi oksigen dan bisa-bisa laju konsumsi yang dihitung itu tidak murni hasil respirasi hewan yang sedang diuji.
Akan tetapi, dalam percobaan untuk mengukur laju respirasi ini. Kami menemukan banyaknya kejanggalan dari hasil pengamatan dengan teori yang kami dapat sebelumnya. Berikut adalah, beberapa uraian yang memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam praktikum kali ini :
1.      Kurang telitinya dalam proses penghitungan waktu, atau pada saat memasukan eosin ke dalam pipa/ respirometer, waktunya tidak tepat.
2.      Di dalam pipa/ respirometer terdapat gelembung air, sehingga menghambat masuknya O2.
3.      Kesalahan dalam pengukuran berat serangga.
4.      Kesalahan dalam pembersihan alat percobaan.
VII.             Kesimpulan
Pada proses respirasi menghasilkan karbondioksida (CO2), uap air (H2O) dan sejumlah energi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi adalah berat tubuh, kegiatan tubuh dan suhu tubuh.
      Bedasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa KOH dapat membantu mempercepat proses pernapasan pada belalang, dan terdapat hubungan antara berat (ukuran/besar) serangga dengan kecepatan pernafasannya, semakin berat (besar) tubuh belalang maka semakin banyak oksigen yang di butuhkan sehingga semakin cepat pernapasannya. Sebaliknya, Semakin ringan berat serangga (ukurannya kecil) maka makin sedikit pula oksigen yang ia butuhkan sehingga semakin lambat pernapasannya. Begitu pula dengan aktifitas belalang tersebut, juga mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Akan tetapi, dalam percobaan yang telah dijelaskan sebelumnya dalam pembahasan untuk mengukur laju respirasi ini. Kami menemukan banyaknya kejanggalan dari hasil pengamatan dengan teori yang kami dapat sebelumnya. Berikut adalah, beberapa uraian yang memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam praktikum kali ini :
1.      Kurang telitinya dalam proses penghitungan waktu, atau pada saat memasukan eosin ke dalam pipa/ respirometer, waktunya tidak tepat.
2.      Di dalam pipa/ respirometer terdapat gelembung air, sehingga menghambat masuknya O2.
3.      Kesalahan dalam pengukuran berat serangga.
4.      Kesalahan dalam pembersihan alat percobaan.

VIII.           Daftar Pustaka dan Referensi
Syamsuri, Istamar, dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta. Penerbit Erlangga
Kebumen, 10 Februari 2013
Praktikan




                                                                                                      Maya Elvira Castro

                                                                                                            XI IPA 3/19 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar