Dekat tapi Jauh
“Huh..haa..huuh..haaah..”
lagi-lagi aku telat, berpacu dengan guru
IPS menuju ke kelasku yang terletak di ujung lapangan Basket. “Ciiitt..!” kakiku mengerem
tepat di depan pintu kelas. Aku menghela napasku, pelan-pelan kumasuk ke ruangan
itu, semua mata tertuju padaku.Untunglah aku lebih cepat dari Nakano sensei. “Ms. Late…!” teriak semua kawanku
yang melihatku memasuki kelas, aku pun hanya bisa meringis mendengar panggilan itu.
“Yukari-chaaan…,” panggil Tokumori,
kawanku selalu duduk di samping bangkuku.
“Hehe..,” jawabku, sambil meringis.
“Apa sih yang kau lakukan? Bisa-bisanya kau
telat setiap hari?” tanyanya penasaran.
“Emm…apa yaa? Enggak ada..hee,” jawabku dengan
wajah tak berdosa.
“Dasar, bodoh!” katanya, sambil memukul kepalaku.
Sekitar 30
detik kemudian, Nakano sensei pun masuk. Seperti biasa beliau mengabsen seluruh
siswa kelas 1-7. Pelajaran Nakano sensei adalah pelajaran paling membosankan di
dunia. Berkali-kali aku tertidur di
kelas saat pelajarannya, pernah sekali aku menahan kantuk dengan bercanda bersama
Tokumori-kun dan Suzuki, tapi karena suara kami yang terlalu keras, beliau pun
marah dan akhirnya menghukum kami bertiga untuk berdiri di koridor kelas sampai
waktu istirahat.
“Teeet..teeet..!”
bel istirahat berbunyi.
Rasa kantuk
pun hilang. Seperti biasa Tokumori mengajakku ke Kantin. Segelas soda, burger,
dan kentang goreng menjadi menu makan siangku kala itu. Aku dan Tokumori memang
sangat dekat jika dibandingkan dengan kawanku yang lain, bahkan ada pula yang
mengatakan bahwa wajah kami mirip, dan yang lebih unik lagi kami punya hobby
dan idola yang sama. Dia sangat pintar dalam seni, seperti melukis, dan menari.
Namun ia bodoh dalam hal lain, seperti olahraga dan bahasa. Kupikir
imajinasinya sangat tinggi hingga tak semua orang dapat memahaminya, hanya
akulah yang mengerti dan paham dengan apa yang ia maksud.
“Yukari-chan..,” panggilnya.
“Apa?” tanyaku.
“Lihat! Lihat!” katanya semangat sambil
menunjuk seorang gadis cantik berambut coklat kehitaman dan agak bergelombang.
“Kenapa dengannya?” tanyaku penasaran.
“Kau tahu siapa namanya? Dari kelas
mana?” tanyanya penasaran, seperi anak kecil yang tak sabar meminta permen dari
kakaknya.
“Oh, namanya Aiko Kurida dari kelas 1-5.
Memangnya ada apa?” tanyaku lagi, dengan sedikit cemburu karena sepertinya ia
menyukai gadis itu.
“Oh, cantiknya. Apakah dia sudah punya
kekasih?” tanyanya penasaran.
“Enggak tahu, aku kan tidak satu
dengannya.” Jawabku ketus.
“Ya sudah, kenapa harus marah-marah
seperti itu?” jawabnya, seperti sedikit bersalah telah menanyakan tentang gadis
itu.
“Siapa yang marah? Sudah ah, aku mau ke
kelas.” Kataku lagi, sambil berjalan meninggalkan Tokumori yang kebingungan
melihat sikapku tadi.
“Hey…Yukari-chaaan ! Tungguuu !”
teriaknya sambil mengejarku.
Dengan segera
aku berlari menuju ke kelas tanpa menghiraukan Tokumori yang mengejarku. Dia
terus mengejarku dan berteriak-teriak memanggil namaku.
“Ayo, kalau bisa kejar aku ! Wleee..”
teriakku mengejek Tokumori yang berlari di belakangku.
“GUBRAKK
!!” tak sengaja aku menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah
denganku. Bodohnya aku, karena sangat malu dan tak tahu lagi harus berkata
apa-apa aku pun berdiri dan tetap berlari tanpa mempedulikannya.
“Haah haah huh..hahaha, dasar Tokumori-kun
bodoh !” kataku puas setelah meninggalkan Tokumori.
Aku pun masuk
ke kelas dan duduk di bangkuku. Sambil menunggu Tokumori, aku pun mengambil
beberapa komik di tasku untuk kubaca. Tak lama kemudian, Tokumori pun datang
dan aku tertawa puas melihatnya yang kelelahan berlari.
Pelajaran selanjutnya adalah bahasa
Inggris, mata pelajaran favoritku. Aku selalu semangat saat mengikuti pelajaran
ini, karena aku sangat menyukai guru mata pelajaran ini, ialah Ms. Jenny Park.
Beliau adalah orang Korea, namun dulu ia sempat tinggal di Amerika untuk waktu
yang lama, lalu setelah beliau dewasa, beliau pindah ke Korea dan kini menetap
di Jepang.
“Tok..tok..tok..”
Jenny sensei pun masuk, dan pelajaran pun dimulai. Seperti biasa Jenny sensei
menulis materi hari itu. Namun tiba-tiba beliau berhenti.
“Oh ya, maaf ada sesuatu yang saya
lupakan. Fukugawa-san, silakan masuk..” katanya.
Kemudian masuklah anak laki-laki yang
dimaksud tadi, dan ia pun memperkenalkan dirinya. Namanya Haruka Fukugawa. Dia
pindahan dari Tokyo. Aku seperti tak asing melihat wajahnya, dan akhirnya aku
ingat, dia adalah seseorang yang tak sengaja aku menabraknya saat istirahat
tadi. Aku jadi malu sekali, ia terus menatapku. Lalu ia pun berjalan mencari
tempat duduk yang kosong, ternyata ia duduk di belakangku.
“Sial
!” pikirku, “kenapa sih dia memilih
duduk di belakangku?” gumamku sebal, “pasti
nanti dia tanya macam-macam lagi, aduuh bagaimana ini?!”
“Hey..kamu !” katanya sambil menepuk
pundakku.
Sambil melepas tangannya, aku menjawab
dengan sinis, “ada apa sih?”
“Kau yang tadi menabrakku kan?” katanya
sedikit marah.
“Hehe..iya” jawabku sedikit takut. Raut
mukanya kian menunjukan kemarahannya, cepat-cepat aku meminta maaf padanya,
“maafkan aku ! Bersalah ! Tolong jangan memukulku !” kataku memohon
“Hahaha..sudahlah, aku tak serius. Aku
hanya bercanda, jangan tegang begitu.” jawabnya tenang.
“Ternyata
dia manis juga saat tertawa.” gumamku.
“Hey…ada apa denganmu? Kenapa kau
melihatku seperti itu?” tanyanya heran.
“Oh..ah, tidak apa-apa hehe.” kataku.
“Oh ya, hampir saja aku lupa. Siapa
namamu?” katanya sambil tersenyum dengan mata berbinar-binar.
“Yukari Hayasaka.” jawabku singkat,
karena aku tahu sejak tadi Jenny sensei mengamati kami berdua. Kami pun
mengakhiri percakapan kami.
***
Akhirnya seluruh pelajaran hari ini
telah usai, aku pun mengajak Tokumori-kun untuk pulang bersama. Arah rumah kami
berbeda, jadi kami berpisah di persimpangan yang tak jauh dari sekolah.
“Bye bye..Yukari-chan..” kata Tokumori
sambil melambaikan tanganya.
“Bye bye..” jawabku.
Aku pun
berjalan sendiri menuju ke rumahku. Tiba-tiba seseorang memanggilku dari arah
belakang, aku pun menoleh ke sumber suara tersebut.
“Hayasaka-san..” kata seseorang itu yang
ternyata Haruka.
“Apa yang sedang kau lakukan disini?”
tanyaku.
“Tentu saja pulang, apakah kau juga
lewat sini?” katanya.
“Em, em..” jawabku sambil
mengangguk-anggukan kepala.
Akhirnya kami
pun pulang bersama. Ternyata cukup menyenangkan, biarpun baru mengenalnya,
namun aku merasa akrab sekali dengannya. Akan tetapi hal tersebut tak akan
merubah perasaanku pada Tokumori, aku menyukainya sejak pertama kami bertemu.
Tokumori adalah cinta pertamaku, dan aku harap ia juga cinta terakhirku.
***
Tak kusangka sudah hampir satu semester
kulalui, dan kini aku mulai cemas jika nantinya aku berpisah dengan Tokumori.
Aku tak mungkin bisa bercanda dengannya lagi saat pelajaran Nakano sensei.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar