Kamis, 17 April 2014

Cerpen

Dekat tapi Jauh



“Huh..haa..huuh..haaah..” lagi-lagi  aku telat, berpacu dengan guru IPS menuju ke kelasku  yang terletak  di ujung lapangan Basket. “Ciiitt..!” kakiku mengerem tepat di depan pintu kelas. Aku menghela napasku, pelan-pelan kumasuk ke ruangan itu, semua mata tertuju padaku.Untunglah aku lebih cepat dari  Nakano sensei. “Ms. Late…!” teriak semua kawanku yang melihatku memasuki kelas, aku pun hanya bisa meringis mendengar panggilan itu.

        “Yukari-chaaan…,” panggil Tokumori, kawanku selalu duduk di samping bangkuku.
        “Hehe..,” jawabku, sambil meringis.
       “Apa sih yang kau lakukan? Bisa-bisanya kau telat setiap hari?” tanyanya penasaran.
        “Emm…apa yaa? Enggak ada..hee,” jawabku dengan wajah tak berdosa.
        “Dasar, bodoh!” katanya, sambil memukul kepalaku.

Sekitar 30 detik kemudian, Nakano sensei pun masuk. Seperti biasa beliau mengabsen seluruh siswa kelas 1-7. Pelajaran Nakano sensei adalah pelajaran paling membosankan di dunia. Berkali-kali  aku tertidur di kelas saat pelajarannya, pernah sekali aku menahan kantuk dengan bercanda bersama Tokumori-kun dan Suzuki, tapi karena suara kami yang terlalu keras, beliau pun marah dan akhirnya menghukum kami bertiga untuk berdiri di koridor kelas sampai waktu istirahat.

        “Teeet..teeet..!” bel istirahat berbunyi.

Rasa kantuk pun hilang. Seperti biasa Tokumori mengajakku ke Kantin. Segelas soda, burger, dan kentang goreng menjadi menu makan siangku kala itu. Aku dan Tokumori memang sangat dekat jika dibandingkan dengan kawanku yang lain, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa wajah kami mirip, dan yang lebih unik lagi kami punya hobby dan idola yang sama. Dia sangat pintar dalam seni, seperti melukis, dan menari. Namun ia bodoh dalam hal lain, seperti olahraga dan bahasa. Kupikir imajinasinya sangat tinggi hingga tak semua orang dapat memahaminya, hanya akulah yang mengerti dan paham dengan apa yang ia maksud.

        “Yukari-chan..,” panggilnya.
        “Apa?” tanyaku.
        “Lihat! Lihat!” katanya semangat sambil menunjuk seorang gadis cantik berambut coklat kehitaman dan agak bergelombang.
        “Kenapa dengannya?” tanyaku penasaran.
        “Kau tahu siapa namanya? Dari kelas mana?” tanyanya penasaran, seperi anak kecil yang tak sabar meminta permen dari kakaknya.
        “Oh, namanya Aiko Kurida dari kelas 1-5. Memangnya ada apa?” tanyaku lagi, dengan sedikit cemburu karena sepertinya ia menyukai gadis itu.
        “Oh, cantiknya. Apakah dia sudah punya kekasih?” tanyanya penasaran.
        “Enggak tahu, aku kan tidak satu dengannya.” Jawabku ketus.
        “Ya sudah, kenapa harus marah-marah seperti itu?” jawabnya, seperti sedikit bersalah telah menanyakan tentang gadis itu.
        “Siapa yang marah? Sudah ah, aku mau ke kelas.” Kataku lagi, sambil berjalan meninggalkan Tokumori yang kebingungan melihat sikapku tadi.
        “Hey…Yukari-chaaan ! Tungguuu !” teriaknya sambil mengejarku.

Dengan segera aku berlari menuju ke kelas tanpa menghiraukan Tokumori yang mengejarku. Dia terus mengejarku dan berteriak-teriak memanggil namaku.
       
        “Ayo, kalau bisa kejar aku ! Wleee..” teriakku mengejek Tokumori yang berlari di belakangku.       

        “GUBRAKK !!” tak sengaja aku menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah denganku. Bodohnya aku, karena sangat malu dan tak tahu lagi harus berkata apa-apa aku pun berdiri dan tetap berlari tanpa mempedulikannya.

        “Haah haah huh..hahaha, dasar Tokumori-kun bodoh !” kataku puas setelah meninggalkan Tokumori.

Aku pun masuk ke kelas dan duduk di bangkuku. Sambil menunggu Tokumori, aku pun mengambil beberapa komik di tasku untuk kubaca. Tak lama kemudian, Tokumori pun datang dan aku tertawa puas melihatnya yang kelelahan berlari.
        Pelajaran selanjutnya adalah bahasa Inggris, mata pelajaran favoritku. Aku selalu semangat saat mengikuti pelajaran ini, karena aku sangat menyukai guru mata pelajaran ini, ialah Ms. Jenny Park. Beliau adalah orang Korea, namun dulu ia sempat tinggal di Amerika untuk waktu yang lama, lalu setelah beliau dewasa, beliau pindah ke Korea dan kini menetap di Jepang.

        “Tok..tok..tok..” Jenny sensei pun masuk, dan pelajaran pun dimulai. Seperti biasa Jenny sensei menulis materi hari itu. Namun tiba-tiba beliau berhenti.

        “Oh ya, maaf ada sesuatu yang saya lupakan. Fukugawa-san, silakan masuk..” katanya.
       
        Kemudian masuklah anak laki-laki yang dimaksud tadi, dan ia pun memperkenalkan dirinya. Namanya Haruka Fukugawa. Dia pindahan dari Tokyo. Aku seperti tak asing melihat wajahnya, dan akhirnya aku ingat, dia adalah seseorang yang tak sengaja aku menabraknya saat istirahat tadi. Aku jadi malu sekali, ia terus menatapku. Lalu ia pun berjalan mencari tempat duduk yang kosong, ternyata ia duduk di belakangku.

        “Sial !” pikirku, “kenapa sih dia memilih duduk di belakangku?” gumamku sebal, “pasti nanti dia tanya macam-macam lagi, aduuh bagaimana ini?!
        “Hey..kamu !” katanya sambil menepuk pundakku.
        Sambil melepas tangannya, aku menjawab dengan sinis, “ada apa sih?”
        “Kau yang tadi menabrakku kan?” katanya sedikit marah.
        “Hehe..iya” jawabku sedikit takut. Raut mukanya kian menunjukan kemarahannya, cepat-cepat aku meminta maaf padanya, “maafkan aku ! Bersalah ! Tolong jangan memukulku !” kataku memohon
        “Hahaha..sudahlah, aku tak serius. Aku hanya bercanda, jangan tegang begitu.” jawabnya tenang.
        “Ternyata dia manis juga saat tertawa.” gumamku.
        “Hey…ada apa denganmu? Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanyanya heran.
        “Oh..ah, tidak apa-apa hehe.” kataku.
        “Oh ya, hampir saja aku lupa. Siapa namamu?” katanya sambil tersenyum dengan mata berbinar-binar.
        “Yukari Hayasaka.” jawabku singkat, karena aku tahu sejak tadi Jenny sensei mengamati kami berdua. Kami pun mengakhiri percakapan kami.
***
        Akhirnya seluruh pelajaran hari ini telah usai, aku pun mengajak Tokumori-kun untuk pulang bersama. Arah rumah kami berbeda, jadi kami berpisah di persimpangan yang tak jauh dari sekolah.

        “Bye bye..Yukari-chan..” kata Tokumori sambil melambaikan tanganya.
        “Bye bye..” jawabku.

Aku pun berjalan sendiri menuju ke rumahku. Tiba-tiba seseorang memanggilku dari arah belakang, aku pun menoleh ke sumber suara tersebut.

        “Hayasaka-san..” kata seseorang itu yang ternyata Haruka.
        “Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanyaku.
        “Tentu saja pulang, apakah kau juga lewat sini?” katanya.
        “Em, em..” jawabku sambil mengangguk-anggukan kepala.

Akhirnya kami pun pulang bersama. Ternyata cukup menyenangkan, biarpun baru mengenalnya, namun aku merasa akrab sekali dengannya. Akan tetapi hal tersebut tak akan merubah perasaanku pada Tokumori, aku menyukainya sejak pertama kami bertemu. Tokumori adalah cinta pertamaku, dan aku harap ia juga cinta terakhirku.
***

        Tak kusangka sudah hampir satu semester kulalui, dan kini aku mulai cemas jika nantinya aku berpisah dengan Tokumori. Aku tak mungkin bisa bercanda dengannya lagi saat pelajaran Nakano sensei.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar